Minggu, 22 April 2012

KHASIAT DZIKIR

Dalam kitabnya “Al-Wabil Ash-Shayyib”, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan lebih dari 70 fadhilah, keutamaan dan hasiat ibadah dzikir. Dan berikut ini sebagiannya:

1. Dzikir membuahkan cinta dan ridha Allah‘Azza wa Jalla. Dan sekaligus menjadikan ahli dzikir juga dicintai, disayangi dan diterima oleh manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Apabila Allah Ta’ala mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril, dan disampaikan kepadanya bahwa, Allah telah mencintai si-A, maka cintailah dia olehmu. Lalu Jibril-pun mencintainya juga. Selanjutnya Jibril berseru kepada para penghuni langit (para malaikat) bahwa, Allah telah mencintai si-A, maka cintailah dia oleh kalian. Sehingga yang bersangkutan dicintai pula oleh para malaikat penghuni langit. Dan akhirnya, ditetapkanlah (sebagai buah dan efeknya), penerimaan terhadapnya di muka bumi” (HR. Muttafaq ‘alaih).
2. Dzikrullah dengan beragam macam dan lafalnya, secara umum berfungsi mengusir syetan, melemahkan daya godanya dan melumpuhkan tipu muslihatnya
3. Menghilangkan kerisauan, kesedihan dan kegalauan dalam hati, serta menggantikan semuanya dengan kebahagiaan, keceriaan dan kelapangan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’ad: 28)
4. Mengokohkan hati, menguatkan fisik, meneguhkan iman di dada, dan membukakan pintu ilmu ma’rifatullah
5. Menghasilkan kewibawaan, disamping kelezatan dan kecerahan
6. Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang, yang merupakan ruh ajaran Islam, poros agama, dan sumber kebahagiaan serta keselamatan
7. Menyelamatkan lidah dan mulut dari ghibah, keburukan kata, dan segala ucapan yang buruk dan serba tidak manfaat, atau bahkan madharat
8. Para malaikat memohonkan ampun bagi orang yang berdzikir, begitu pula bagi orang yang bertobat
9. Menghilangkan noda-noda kemaksiatan, dan menghapuskan dosa-dosa kedurhakaan.
Karena dzikrullah adalah salah satu kebaikan paling agung dan paling utama. Sedangkan kebaikan itu akan menutup dan menghapus keburukan dan kesalahan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang mau ingat” (QS. Huud: 114).
10. Bila seorang hamba mengenal dan menginat Allah dengan dzikirnya di saat lapang, maka Allah-pun akan mengenal dan mengingatnya di waktu sempit dan terhimpit.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya selalu di hadapanmu. Ingatlah Allah di saat lapang, maka Dia-pun akan mengingatmu di waktu sempit/sulit…” (HR. ‘Abd bin Humaid dari Ibnu ‘Abbas ra.).
11. Menyelamatkan dan melepaskan dari adzab Allah Ta’ala.
Dalam hadits: “Tidak ada satu amalpun yang dilakukan seorang anak manusia, yang lebih istimewa untuk bisa menyelamatkannya dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla, selain dzikrullah (dzikir kepada Allah Ta’ala)” (HR. Ahmad dari sahabat Mu’adz ra, dishahihkan oleh Al-Albani).
12. Mengamankan dan membebaskan seorang hamba dari penyesalan tiada tara di hari Kiamat. Sementara itu majlis yang tidak ada dzikirnya akan mengakibatkan penyesalan dan kerugian pada hari Kiamat bagi yang ada di dalamnya.
13. Ahli dzikir berbahagia dengan dzikirnya, dan sekaligus membahagiakan orang yang berada bersamanya.
Karena inilah orang yang selalu membawa keberkahan dimanapun berada. Sedangkan orang yang hatinya lalai dari dzikir akan merugi dan sengsara akibat kelalaiannya, dan bahkan juga bisa merugikan orang lain yang berada bersamanya. Di dalam sebuah hadits yang cukup panjang disebutkan bahwa, Allah mengampuni orang-orang yang berada di majlis dzikir. Dan ketika dilaporkan oleh para malaikat – tentu Allah Maha Tahu – bahwa, di tengah-tengah mereka ada seorang hamba pendosa yang lewat lalu secara tidak sengaja duduk bersama mereka, Allh-pun berfirman: “Dan diapun termasuk yang Aku ampunkan. Karena mereka itu (para ahli dzikir) adalah kelompok orang yang tidak akan sengsara dan merugi siapapun yang duduk bersama mereka” (HR. Muslim dari sahabat Abu Hurairah ra).
14. Dzikrullah merupakan ibadah yang paling ringan pelaksanaannya, namun di saat yang sama ia justru termasuk ibadah yang paling agung dan paling utama nilainya. Karena gerakan lesan adalah gerakan anggota tubuh yang paling ringan dan mudah. Dimana seandainya anggota tubuh lain harus digerakkan seperti gerakan lesan, niscaya hal itu akan terasa sangat berat sekali, atau mungkin bahkan tidak mampu dilakukan.
15. Dzikir merupakan sarana penghalang dan penutup antara seorang hamba dan Neraka Jahannam. Sehingga seandainya terbentang jalan ke Neraka baginya gara-gara sebagian amal buruknya, maka dzikirnya akan menjadi penutup jalan itu. Maka jika dzikirnya adalah dzikir yang sempurna dan ajeg (istiqamah), maka ia akan menjadi penghalang atau penutup sangat kokoh dan kuat yang tidak menyisakan celah sedikitpun untuk bisa ditembus atau dilewati.
16. Dzikir juga merupakan salah satu sarana pengundang berbagai kenikmatan (dari Allah) yang paling utama, dan wasilah penolak bala’ teristimewa. Sehingga tidak ada sarana dan wasilah apapun sebagai pengundang kerahmatan ataupun penolak bencana, yang seutama dan seistimewa ibadah dzikir kepada Allah Ta’ala.
17. Secara lebih khusus dan spesifik, ia juga mengundang rezeki. Karena dzikir memang merupakan salah satu alat dan sarana utama pembuka pintu-pintu rezeki Allah dari berbagai arah dan penjuru
18. Di dalam setiap hati bercokol potensi kekerasan yang tidak bisa dilembutkan dan dileburkan kecuali dengan dzikir.
Maka hendaklah setiap kita senantiasa meng-ajeg-kan dzikirnya, demi mengobati dan menghilangkan kekerasan hatinya itu.Sehingga hatipun menjadi lembut, dan semakin bergairah dalam ber-taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka dalam berdzikir mengingat Allah dan (tunduk) kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang sebelumnya yang telah diturunkan Al-Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati merekapun menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Hadiid: 16). Allah juga berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhan Allah-lah mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfaal: 2).
19. Di hati setiap insan terdapat celah dan “ruang hampa” yang tidak bisa diisi dan ditutup kecuali dengan dzikrullah ‘Azza wa Jalla.
20. Dzikrullah adalah sarana terapi dan obat penyembuh mujarab bagi hati yang sakit. Dimana sakit-nya hati adalah akibat kelalaian. Dan dzikirlah terapi maupun obat ampuhnya.
21. Banyak berdzikir menjaga kehidupan dan kesehatan hati.
Sehingga ia merupakan “sabuk” pengaman dan penyelamat efektif dari penyakit kemunafikan. Karena salah satu ciri utama orang munafik adalah bahwa, mereka sedikit berdzikir mengingat Allah ‘AzzawaJalla. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka berdzikir menyebut dan mengingat Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An-Nisaa’: 142).
22. Dzikir akan memberikan kecerahan cahaya wajah bagi ahlinya di dunia, juga cahaya baginya di alam kubur, dan cahaya lain baginya di akherat kelak. Dimana cahaya tersebut akan menerangi jalannya dan membimbingnya saat melewati titian menuju Surga. Dan memang tidak ada satu amalpun yang memberikan cahaya di hati dan di alam barzakh, serta di hari Kiamat, seistimewa ibadah dzikrullah ini.Sehingga para ahli dzikir adalah orang yang paling cerah wajahnya di dunia, paling terang alam kuburnya, dan paling bersinar serta bercahaya di Akherat.
23. Ke-ajeg-an atau keistiqamahan berdzikir dalam segala situasi dan kondisi, baik di rumah maupun di jalan, saat tinggal ataupun bepergian, serta dimana saja seseorang berada, berarti memperbanyak saksi bagi yang bersangkutan kelak di Akherat. Karena semua tempat berpijak, baik rumah, tanah lapang, gurun sahara, gunung, lembah, maupun tempat manapun di muka bumi ini, semuanya akan menjadi saksi yang baik bagi ahli dzikir pada hari Kiamat nanti.
24. Gunung-gunung, lembah-lembah dan padang sahara saling berbangga diri dan bersuka cita, dengan adanya orang-orang yang berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla di atasnya.

Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Jumat, 20 April 2012

10 hal terbesar tuntuan ALI BIN ABU THALIB


1. Kebenarang terbesar adalah sabar
2. guru terbesar adalah pengalaman
3. rekreasi terbesar adalah bekerja
4. kebanggaan terbesar adalah amanah/kepercayaan
5. keuntungan terbesar adalah memiliki pasangan hidup yang sholeh dan anak yang sholeh
6. pemberian terbesar adalah ikut partisipasi
7. modal terbesar adalah percaya diri
8. rahasia terbesar adalah mati
9. dosa terbesar adalah takut dan ragu
10.kesalahan terbesar adalah putus asa

Selasa, 17 April 2012

Apasih bedanya ILMU dan HARTA itu ?

1. Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan si Qorun.

2. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta haruslah kau yang menjaganya.

3. Pemilik ilmu punya banyak teman, sedangkan pemilik harta punya banyak musuh. 
4. Jika ilmu dipergunakan akan bertambah, sedangkan harta dipergunakan akan berkurang.

5. Ilmu takkan pernah tercuri, sedangkan harta mudah dicuri.

6. Pemilik ilmu akan selalu disebut mulia dan terhormat, sedangkan pemilik harta akan disebut pelit dan rakus.

7. Ilmu itu abadi, sedangkan harta akan musnah.

8. Ilmu akan menyinari hati, sedangkan harta akan mengeraskan hati.

9. Pemilik ilmu akan diberi syafa’at di akhirat, sedangkan pemilik harta akan dihisab.

10. Pemilik ilmu akan dimuliakan walaupun sedikit ilmunya, sedangkan pemilik harta disebut besar setelah banyak hartanya

Senin, 16 April 2012

9 MENYEBAB HATI TIDAK BAHAGIA

1- Pemarah
Paling mudah dikesan atau dilihat dan paling banyak di dalam diri manusia. Orang seperti ini jarang mendapat kawan dan hati tentunya tidak terang.

2- Pendendam

Tersembunyi ibarat mengumpul lahar di dalam dada. Orang seperti ini sentiasa mencari-cari peluang untuk membalas dendam hatta secara yang kecil-kecil sekalipun seperti sakitkan hati atau tempelak orang yang didendami itu. Sebab itu orang pendendam mudah kena sakit jantung.

3- Hasad dengki

Amalanya hangus akibat hasad dengkinya itu kerana ia memiliki sifat ketuhanan.

4- Bakhil

Sentiasa merasakan orang lain menginginkan harta, kesenangan, pangkat dan lain-lain dari dirinya. Contohnya sentiasa berdalih mengatakan ia tiada duit. Allah lebih sayang orang yang fasiq tetapi pemurah tetapi benci orang yang abid tetapi bakhil. Kerana walaupun fasiq, pemurahnya itu tetap memberi manfaat pada orang lain kerana kadangkala rezeki itu Allah beri melalui makhluk.

5- Tamak

Orang yang tidak puas dengan yang sedikit nescaya tidak akan puas dengan yang banyak kerana dunia ini ibarat meminum air laut, walau berapa banyak yang diminum tetap tidak habis juga (lagipun orang tamak selalu rugi). Ingat! Yang dikatakan harta atau rezeki kita bila ia dipakai atau digunakan oleh kita. Selagi tidak diguna iaitu disimpan, itu belum boleh dikatakan rezeki kita (mungkin ada hak orang lain di situ). Biarlah rezeki itu sedikit tetapi mendapat keberkatan iaitu dapat dimanfaatkan.

6- Tidak sabar
Andainya perkara yang kecil pun tidak boleh bersabar apatah lagi hal-hal yang lebih besar.

7- Ego
Ibu segala mazmummah jadi ia membuatkan seseorang paling tidak tenang. Orang yang memiliki sifat ini pantang tercabar dari sudut zahir mahupun batin. Pasal semua orang ada egonya sendiri, cuma tinggi atau rendah tahap keegoan tersebut.

8- Riak
Terseksa sendiri kerana sentiasa tercari-cari peluang untuk dipuji. Sentiasa berlakon-lakon di depan orang. Jika ia dipuji, ia akan menambah amalnya tetapi jika dikeji, ia akan mengurangkan amalnya. Allah marah kalau kita riak, takabbur dengan apar yang kita ada.

9- Cinta Dunia
Tidak dapat menderita, dapat pun menderita kerana bila sudah dapat susah pula menjaganya. Berhartalah, tidak mengapa tetapi kawal hati jangan diletakkan pada harta itu (bila mati cuma bawa amalan dan doa anak yang soleh atau solehah). Cinta dunia merupakan 'neraka dunia' kerana dunia itu 'panas' akibat ia merupakan barang buruan dan rebutan. Jadi letakkanlah akhirat itu di hati dan dunia itu di tangan supaya dunia itu senang dibahagi-bahagi dan akhirat dibawa mati.

Kesimpulan

Jadi yang meragut kebahagiaan sebenarnya bukanlah secara totalnya disebabkan kemiskinan, musibah, kesibukan dan lain lainnya, tetapi ialah MAZMUMMAH. Makin tinggi mazmummah seseorang, makin ia tidak bahagia.

TATA CARA SHOLAT DHUHA oleh Kumpulan DOA-2 NABI

SHOLAT DHUHA

Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika matahari sedang naik.

Kira-kira, ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur.

Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam

A. Tata Cara Shalat Dhuha

Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Asy-Syams

Pada rakaat kedua membaca surat Adh-Dhuha

Niat shalat dhuha adalah:

Ushallii sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: ” Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah.”

Doa yang dibaca setelah shalat dhuha:

“Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu”. “Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh”.

B. Rahasia dan Keutamaan shalat Dhuha

Hadits Rasulullah saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:

“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar

Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:

“Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang. Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya). Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab; “Ya! Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:

“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surge.” (Shahih al-Jami`: 634)

4. Memeroleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:

“Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika” (“Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).

Minggu, 03 Juli 2011

12 buah darii persaudaraan karena iman

1.Taa'ruf:saling mengenal,
2.Tahaabub;sling cinta,
3.Tafaahum;sling memahami,
4.Tanaashuh;sling menasehati,
5.Takaarum;sling mnghormati,
6.Taawun;sling tolong menolong,
7.Tahaadu;sling mmberi hdiah,
8.Tadaau;sling mndoakn,
9.Tahafudz;sling mnjaga khormatn saudara,bukn sling mnjatuhkn,
10.Tazaawur;sling mngunjungi.
11.Tasholuh;slng mndamaikn.
12.Taafu:sling memaafkn
                                                                                                                               [Brother_hood]

Kamis, 23 Juni 2011

Jika Puasa Sunnah Asyuro jatuh pada hari Jum’at dan Sabtu, Bukankah kita dilarang berpuasa pada hari itu ?

posted in Fatwa Ulama, Fiqh Ibadah
Berkenaan dengan postingan sebelumnya tentang keutamaan berpuasa pada hari Tasu’a dan Asyuro (9 dan 10 Muharram), muncul sebuah problema baru. Kalau perhitungan kalender kita tepat, maka insya Allah puasa Tasu’a akan jatuh pada hari Jum’at, sedangkan puasa Asyuro akan jatuh pada hari Sabtu. Padahal di sana ada hadits yang melarang kita untuk berpuasa pada hari Jum’at dan hari Sabtu.
Hadits yang melarang berpuasa pada hari Jum’at adalah sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Janganlah kalian khususkan hari Jum’at dengan berpuasa, dan tidaklah pula malamnya untuk ditegakkan (shalat)”. (HR Muslim, Kitabus Shiam Bab Makruhnya Puasa Khusus di Hari Jum’at 1144).
Adapun yang melarang puasa hari Sabtu adalah hadits,
“Janganlah kalian puasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kalian. Apabila kalian tidak menemukan apa-apa kecuali hanya kulit pohon anggur atau ranting pohon, maka kunyahlah”
Untuk mendapatkan kejelasan tentang perkara ini, marilah kita baca uraian dari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berikut:
Bagian Pertama: Hukum Berpuasa Sunnah di Hari Jum’at
Fadilatusy Syaikh ditanya: Apa alasan dilarangnya pengkhususan hari Jum’at untuk berpuasa? Dan apakah ini khusus untuk puasa sunnah saja atau umum bagi puasa qadha juga?

Maka Asy-Syaikh menjawab:
Telah tsabit dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
“Janganlah kalian khususkan hari Jum’at dengan berpuasa, dan tidaklah pula malamnya untuk ditegakkan (shalat)”. (HR Muslim, Kitabus Shiam Bab Makruhnya Puasa Khusus di Hari Jum’at 1144).
Hikmah dalam larangan pengkhususan hari Jum’at dengan puasa adalah bahwa hari Jum’at merupakan hari raya dalam tujuh hari (seminggu-ed). Hari Jum’at juga merupakan salah satu hari raya dari tiga hari raya yang disyari’atkan. Di dalam Islam terdapat tiga hari raya: Hari raya Idul Fitri setelah Ramadhan, Hari Raya Idul Adhha, dan hari raya mingguan yaitu hari Jum’at. Ini merupakan salah satu alasan larangan mengkhususkan hari Jum’at dengan berpuasa.
Selain itu hari Jum’at adalah hari dimana sudah sepantasnya bagi seorang laki-laki mengedepankan shalat Jum’at pada hari itu, menyibukkan diri dengan doa, dan berdzikir karena hari Jum’at ini serupa dengan hari Arafah yang tidak disyaratkan bagi jama’ah haji untuk berpuasa pada hari Arafah itu. Hal ini karena dia sibuk dengan doa dan dzikir. Dan telah diketahui pula bahwa ada ibadah-ibadah yang saling bertabrakan, dan mungkin untuk mendahulukan sebagiannya maka didahulukan ibadah yang tidak bisa ditunda dari ibadah yang bisa ditunda.
Jika seseorang berkata, “Jika alasannya karena hari Jum’at adalah hari raya dalam seminggu, maka ini mengharuskan puasanya haram sebagaimana di dua hari raya yang lain, tidak hanya dengan mengkhususkannya saja”
Kami katakan, “Sesungguhnya hari Jum’at berbeda dengan dua hari raya tersebut, karena hari Jum’at terulang sampai empat kali dalam sebulan. Oleh karena itu larangannya tidaklah sampai pada derajat haram. Di sana terdapat juga makna-makna lain pada dua hari raya yang tidak ditemukan pada hari Jum’at”.
Adapun jika dia berpuasa di hari sebelumnya atau di hari setelahnya maka puasanya saat itu diketahui bahwa tidak dimaksudkan untuk mengkhususkan hari Jum’at dengan puasa; karena dia berpuasa sehari sebelumnya yaitu Kamis atau sehari sesudahnya yaitu hari Sabtu.
Sedangkan pertanyaan penanya, “Apakah larangan ini khusus untuk puasa sunnah atau umum bagi puasa qadha juga (membayar hutang puasa wajib Ramadhan-ed)?
Maka sesungguhnya zhahir dalilnya bersifat umum, bahwa hukumnya makruh mengkhususkan puasa. Sama saja apakah untuk puasa yang wajib atau puasa sunnah, Allahumma, kecuali jika orang tersebut bekerja dan tidak punya waktu luang dari pekerjaannya sehingga dia tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada hari Jum’at, maka ketika itu tidaklah makruh baginya untuk mengkhususkan hari Jum’at untuk berpuasa. Ini karena dia memerlukan hal tersebut.
Fatawa fi Ahkamis Shiyam, Syaikh Ibnu Utsaimin (halaman 444-445)
Bagian Kedua: Hukum Berpuasa Sunnah pada Hari Sabtu
Di sana terdapat hadits yang melarang berpuasa pada hari Sabtu:
لا تصوموا يوم السبت إلا فيما افترض عليكم، فإن لم يجد أحدكم إلا لحاء عنبة أو عود شجرة فليمضغه
“Janganlah kalian puasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kalian. Apabila kalian tidak menemukan apa-apa kecuali hanya kulit pohon anggur atau ranting pohon, maka kunyahlah”
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Fatawa Shiyam no 415) mengatakan bahwa para ulama berselisih pendapat tentang hadits ini. Sebagian mereka mengatakan bahwa hadits ini syadz (lihat keterangan di bawah –pent) maka dia dha’if. Ini karena hadits larangan ini menyelisihi hadits shahih yang terdapat pada Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim).
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menemui salah seorang istri beliau dalam keadaan istri beliau tersebut berpuasa pada hari Jum’at . Maka Rasulullah berkata kepadanya, “Apakah kemarin kamu berpuasa?”. Istri beliau menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau akan berpuasa besok?”. Istrinya menjawab, “Tidak”. Rasulullah kemudian bersabda, “Maka batalkanlah puasamu”.
Sabda beliau, “Apakah engkau berpuasa keesokan hari?” merupakan dalil bolehnya berpuasa selain puasa wajib pada hari Sabtu. Maka hadits larangan puasa hari Sabtu tersebut adalah hadits yang syadz. Dan termasuk syarat hadits yang shahih adalah adalah dia tidak mu’all (berpenyakit) serta tidak syadz.
Sebagian ulama berkata, “Hukum hadits larangan tersebut telah dihapus”. Sebagian lagi dari mereka berkata bahwa hadits ini dibawa kepada puasa yang menyendiri (tidak disertai puasa di hari sebelum dan sesudahnya). Dan ini merupakan pendapat Imam Ahmad rahimahullah. Sampai di sini fatwa syaikh.
Kesimpulan
Demikianlah pembahasan dari Asy-Syaikh rahimahullah. Jadi, kesimpulannya bahwa tidaklah mengapa berpuasa pada kedua hari tersebut meskipun jatuh pada hari Jum’at dan Sabtu.
Keterangan:
*) Hadits syadz: Hadits yang periwayatannya menyelisi periwayatan rawi hadits yang lebih baik darinya. Baik ditinjau dari segi jumlah maupun ketsiqahannya.(Lihat Syarh Mandhumah Al-Baiquniyyah, Abul Harits Al-Jazairi, taqdim Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri)